Pernahkan
kalian merasakan jika kehilangan sahabat terbaik kalian ? pasti sakit rasanya
dan sulit untuk melupakannya dan itu terjadi pada saya…..
Saya adalah berasal dari keluarga
yang sederhana begitu juga dengan sahabat saya.
Nama sahabat saya adalah Roni Indratama dan dengan “RON” ku
memanggilnya. Kami sudah hampir 10 tahun menjadi sahabat. Dari bermain,
candatawa, dan semua permasalahan kita lalui bersama. Ia selalu ada saat saya
senang maupun sedih, begitu juga dengan saya.
Kebetulan kami bersekolah di sekolah
yang sama tingkat menengah pertama. Di sekolah dia orang yang pintar dan
berpikiran kritis. Ia selalu membantu saya dalam memecahkan berbagai masalah
yang sedang menimpa diriku. Dan ia juga selalu mendukung saya dimanapun dan
kapanpun. Ketika nilai saya anjlok, ia selalu membuat saya bangkit kembali. Dan
Ron juga orang yang lucu dan murah senyum. Itu semua yang menjadikan ia menjadi
sahabat terbaik saya.
Suatu hari, tepatnya hari senin biasanya
dilaksanakan upacara bendera, dan ketika itu saya tidak membawa topi, sedangkan
rumah saya jauh dari sekolah. Saya sangat takut sekali. Kemudian Roni pun
datang dan berkata
“ Ada apa Kev, kok kaya ketakutan
gitu… “,
“iya nih, saya tidak bawa topi Ron….
Saya takut sekali “ sahutku dengan berkeringat.
Lalu ia pun berkata dengan wajah
berseri,“ selowww…. Ini aku pinjamkan topiku untukmu”,
“ Benarkah ? Nanti kamu pake apa ?”
sahutku kembali dengan wajah bimbang.
“ Ia.. beneran… suer… sekali sekali
gapapa kan dihukum,hehe…” jawabnya sambil tertawa.
Roni sangat
baik sekali kepada saya, ia rela dihukum demi melihat saya senang. Dan saya
baru belajar pada hari tu bahwa “
Seorang sahabat pasti selalu ada saat kita membutuhkannya “
Saat di rumah, ia selalu menyahut
saya untuk bermain bersama di luar, karena hobi kita sama yaitu bermain bola,
jadi kita selalu melakukannya jika waktu luang. Ketika ada pekerjaan rumah juga
kami selalu mengerjakannya bersama-sama. Kami saling mengajari jika ada PR yang
tidak dimengerti. Roni juga sangat sangat baik kepada saya, ia selalu
mentraktir saya jika saya kehabisan uang. Mungkin Roni adalah salah satu kado
terindah yang diberikan Tuhan kepada saya.
Hari demi hari kami lalui bersama
seperti biasa, dan suatu ketika ada yang janggal dari Roni saat hari ulang
tahunnya. Ia keliahatannya sedih, lalu saya menyampirinya, “ Selamat Ulang
Tahun yaa… Ron, kok mukamu sedih sih, ada apa ?”, “ ga kok, ga ada apa-apa”,
jawabnya sambil merubah mukanya menjadi tersenyum. Ia tidak mau mengatakan
masalahnya kepada saya dan itu yang pertama kali ia menyembunyikan masalahnya
dari saya. Dan beberapa saat kemudian, ibunya datang dengan wajah yang menahan
kesedihan untuk menjemput Roni. Saya pun menjadi sangat heran, lalu saya
mencari tahu apa yang telah terjadi ke guru piket. Ternyata sebelum saya
berbincang dengannya, ia sudah mendapat telfon dari ibunya yang sedang berada
di rumah sakit bahwa ayahnya sudah berpulang ke Yang Maha Kuasa. Jantung saya
pun serasa tba-tiba berhenti ketika mendengar kabar tidak mengenakkan itu.
Selepas pulang sekolah, saya
bergegas pulang ke rumah untuk menemui Roni. Sesampainya di rumah, saya melihat
ramai orang yang memakai pakaian gelap mengerumuni rumah sahabatku. Sebuah
keranda pun sudah siap untuk mengantarkan ayahnya ke peristirahan terakhir.
Saya langsung menghampiri Roni dan berkata,
“Jangan sedih kawan, mungkin ini
takdir dari yang diatas”,
“Iya aku tau, tetapi kenapa ga aku
aja yang diambil bukan ayahku” sahutnya dengan perasaan kecewa,
“Setiap orang itu akan berpulang, tetapi
takdir yang menentukan.” sahutku kembali sambil membujuknya.
Semenjak kematian ayahnya, Roni
menjadi anak yang pendiam, ia jarang bertegur sapa lagi dengan teman- temannya
maupun dengan saya, sahabatnya sendiri. Dan setiap pulang sekolah ia hanya
mengunjungi kuburan ayahnya dan selalu berdoa. Saya pernah ikut dengannya untuk
menemani ia untuk berziarah ke makam ayahnya. Dan taukah apa yang
dikatakannya….?? Ia mengatakan “Aku ingin ikut bersama ayah, berkumpul dengan
ayah di surga. Tunggu aku ya yah..” katanya sambil menitihkan air mata.
Belakangan ini sifat Roni berubah
180˚ dari biasanya, ia berubah menjadi pendiam dan jarang
tersenyum. Ia juga sekarang suka mendengarkan lagu. Tetapi lagu yang
didengarnya bukanlah lagu-lagu yang sedang populer, tetapi lagu tentang
kematian. Seperti lagu Dream Theater yang berjudul Spirit Carries On yang
berlirik seperti berikut.
If I die tomorrow
I'd be all right
Because I believe
That after we're gone
The spirit carries on
I'd be all right
Because I believe
That after we're gone
The spirit carries on
Ia juga
pernah mengatakan kepadaku ia tidak takut akan kematian yang akan menimpa
dirinya kapanpun. Lalu saya teringat dengan lirik lagu selanjutnya yaitu :
I used to be frightened of dying
I used to think death was the end
But that was before
I'm not scared anymore
I know that my soul will transcend
I used to think death was the end
But that was before
I'm not scared anymore
I know that my soul will transcend
1 minggu belakangan
ini Roni tak masuk sekolah karena ia sakit. Lalu saya pun menjenguk ke rumahnya
dan membawa beberapa buah-buahan untuknya. Sesampainya saya dirumahnya, ibunya langsung
menyambut saya dengan senyum. Kemudian saya masuk ke kamar Roni dan saya lihat
dia hanya menghayal saja. Lalu saya berkata kepadanya,
“ Ron, gimana keadaanmu ? Sudah membaikkah ?
” Sudah kok” jawabnya dengan wajah berseri.
Beberapa hari selanjutnya, Roni pun belum masuk juga. Lalu
saya berniat untuk menjenguk ia kembali. Ketika saya pulang ke rumah, ternyata
di depan rumahnya sudah dikerumuni banyak orang sama keadaanya dengan kematian
ayahnya Roni. Aku pun sangat heran sekali dengan keadaan tersebut. Lalu aku pun
menghampiri rumahnya dengan darah serasa berhenti mengalir. Sesaat saya sampai
ke dalam rumahnya, mata saya pun tak berhenti untuk menegeluarkan airnya. Saya
melihat sahabat terbaik saya yang selalu ada untuk saya dan selalu pengertian kepada
saya telah terkujur lemah di dalam peti. Ternyata benar yang dilakukannya
selama ini sebagai tanda untuk dia berpulang. Dan sebelum berpulang juga, ia
mengatakan kepada ibunya untuk dikuburkan disamping ayahnya yang ia kasihi itu.
Lalu aku pun hanya dapat berdoa, “ Yaa... Tuhan, terima kasih atas semua yang
kauberikan ini, ia adalah ciptaan-Mu yang paling berharga di mataku Tuhan dan
berilah keluarganya ketabahan ya Tuhan… AMIN.”
Ada pertemuan pasti diakhiri dengan perpisahan, begitu juga
dengan persahabatan saya. Satu kalimat yang saya bisa ucapkan “ Selamat jalan
kawan, mungkin jiwamu sudah tidak ada di sini lagi, tetapi kenangan kita tak
akan terhapus dalam benakku sampai akhir hayatku”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar